Inovasi Alat Pencacah Pakan Ikan Bertenaga Surya, Poltekba Dorong Kemandirian Petani dan Transisi Energi Bersih

Dalam upaya menjawab tantangan mahalnya harga pakan ikan industri yang terus menghimpit pelaku usaha budidaya ikan air tawar, tim peneliti dari Politeknik Negeri Balikpapan (Poltekba) menciptakan sebuah terobosan teknologi tepat guna berupa alat pencacah pakan ikan bertenaga surya. Alat ini dirancang sebagai solusi efisien, berkelanjutan, dan ramah lingkungan, untuk membantu petani memproduksi pakan secara mandiri, terutama bagi mereka yang beroperasi di wilayah dengan akses listrik terbatas.

Inovasi ini lahir dari hasil riset terapan yang dikembangkan oleh tim peneliti Poltekba melalui program hibah penelitian tahun 2024, dan merupakan bagian dari komitmen institusi dalam mendukung implementasi teknologi yang langsung menyentuh kebutuhan masyarakat.

Ketua tim peneliti, Qory Hidayati, S.T., M.T., menjelaskan bahwa alat ini merupakan respons terhadap permasalahan nyata di lapangan. Banyak petani sebenarnya memiliki bahan baku pakan seperti dedak, bekatul, dan limbah sayuran, namun tidak mampu mengolahnya karena terbatasnya teknologi dan infrastruktur.

“Kami mengembangkan alat ini dengan prinsip efisiensi dan kemudahan penggunaan. Dengan desain yang sederhana, alat ini dapat dioperasikan oleh siapa saja, bahkan oleh petani yang memiliki keterbatasan sumber daya,” jelas Qory dalam sesi wawancara di Kampus Poltekba.

Alat ini menggunakan panel surya sebagai sumber daya utama, sehingga dapat digunakan di daerah pedalaman yang belum tersambung listrik secara stabil. Inovasi ini sekaligus mendukung upaya transisi energi nasional menuju penggunaan energi bersih dan berkelanjutan, serta mendukung pencapaian target pembangunan berkelanjutan (SDGs), khususnya pada aspek ketahanan pangan dan energi terbarukan.

Pengembangan alat pencacah pakan ini mendapatkan dukungan dari Program Katalisator Minat Saintek Berdikari Skema Emas yang dikelola oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdiktisaintek), serta didukung oleh Badan Riset Daerah (BRIDA) Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur. Kolaborasi lintas sektor ini menjadi contoh nyata sinergi antara lembaga pendidikan vokasi dan pemangku kepentingan daerah dalam menghadirkan solusi inovatif yang berbasis pada kebutuhan lokal.

“Dengan alat ini, petani tak hanya mampu memproduksi pakan dengan biaya yang lebih murah, tetapi juga meningkatkan nilai gizi dari pakan yang dihasilkan, karena mereka dapat memilih sendiri bahan bakunya,” tambah Qory.

Sebagai langkah lanjutan, tim Poltekba akan melakukan uji coba lapangan di beberapa sentra budidaya ikan air tawar di Kalimantan Timur, termasuk memberikan pelatihan langsung dan pendampingan kepada petani agar dapat mengoperasikan dan merawat alat secara mandiri.

“Pendekatan kami tidak berhenti pada penciptaan teknologi. Kami juga ingin memastikan transfer pengetahuan dan keterampilan terjadi di lapangan, sehingga petani benar-benar dapat memanfaatkan inovasi ini secara berkelanjutan,” ujar Qory.

Wujud Implementasi Tridarma Perguruan Tinggi

Menanggapi inisiatif ini, Wakil Direktur I Bidang Akademik dan Penjaminan Mutu Poltekba, Dr. Tuatul Mahfud, M.Pd., menekankan bahwa kegiatan ini juga merupakan bagian dari implementasi Tridarma Perguruan Tinggi, khususnya dalam hal pengabdian kepada masyarakat.

“Kegiatan pengabdian masyarakat ini merupakan salah satu upaya dukungan dari manajemen dalam rangka pemenuhan kewajiban Tridarma dosen. Hal ini sejalan dengan target indikator kinerja jumlah keluaran penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang berhasil mendapat rekognisi internasional atau diterapkan oleh masyarakat per jumlah dosen,” jelasnya.

Ia juga menambahkan bahwa Poltekba terus mendorong dosen dan mahasiswa untuk aktif dalam pengembangan riset terapan yang memberikan dampak langsung terhadap masyarakat.

Melalui inovasi alat pencacah pakan bertenaga surya ini, Poltekba berharap dapat memberikan kontribusi nyata dalam memperkuat ketahanan pangan nasional, mengurangi ketergantungan petani terhadap pakan industri, serta meningkatkan kesejahteraan petani ikan air tawar di berbagai wilayah di Indonesia.

“Dengan hadirnya inovasi ini, kami ingin membuktikan bahwa pendidikan vokasi mampu menjadi motor penggerak perubahan di tengah masyarakat, dengan menghadirkan solusi yang aplikatif dan sesuai kebutuhan riil,” tutup Qory Hidayati.